Kondisi Pasar Properti Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025
Pasar properti di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2025 menunjukkan dinamika yang cukup aktif, terutama setelah beroperasinya Yogyakarta International Airport (YIA) dan meningkatnya konektivitas wilayah melalui jaringan jalan nasional dan rencana Tol Yogyakarta–Bawen. Berdasarkan Profil Kabupaten Kulon Progo (Bappeda, 2025), pertumbuhan ekonomi daerah mencapai sekitar 5,1%, dengan kontribusi sektor konstruksi dan real estate yang terus meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan aktivitas pembangunan perumahan, komersial, serta konversi lahan di sekitar pusat kota Wates dan Kecamatan Temon.
Dari sisi supply dan demand, ketersediaan properti di Kulon Progo masih relatif seimbang, namun menunjukkan peningkatan permintaan pada segmen residensial dan komersial skala kecil. Berdasarkan data Dinas PUPR Kulon Progo (2025), jumlah izin mendirikan bangunan (IMB) dan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) meningkat sekitar 8% dibanding tahun sebelumnya, terutama di kecamatan Wates, Sentolo, dan Pengasih. Sementara itu, pasokan tanah matang untuk dikembangkan menjadi kawasan permukiman masih terbatas karena sebagian besar lahan berada dalam fungsi pertanian dan kawasan resapan air. Hal ini menimbulkan tekanan kenaikan harga pada lahan-lahan strategis yang sudah memiliki akses jalan dan jaringan utilitas.
Dari aspek tingkat hunian dan penggunaan lahan, BPS Kulon Progo (2025) mencatat bahwa sekitar 85% rumah tangga telah memiliki hunian tetap, menunjukkan tingkat hunian yang cukup tinggi. Namun, pola penggunaan lahan masih didominasi oleh pertanian, dengan lahan terbangun hanya sekitar 16% dari total wilayah. Konsentrasi permukiman padat berada di Kecamatan Wates dan Pengasih, sedangkan wilayah utara seperti Kokap, Kalibawang, dan Samigaluh masih berkarakter pedesaan dengan dominasi kebun dan tegalan. Peningkatan pembangunan di wilayah selatan dan barat memperlihatkan pergeseran fungsi lahan dari pertanian ke perumahan, terutama di koridor jalan nasional yang menghubungkan Wates-Temon dan Wates-Sentolo.
Dari sisi pengembangan kawasan, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terus mendorong pembangunan kawasan strategis seperti Kawasan Industri Sentolo, Kawasan Perkotaan Wates, dan penguatan kawasan penyangga bandara YIA. Berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah 2025-2026 (Bappeda Kulon Progo), program prioritas difokuskan pada infrastruktur dasar dan penataan kawasan permukiman berorientasi transportasi (Transit Oriented Development). Pengembangan kawasan baru di sekitar bandara juga memicu munculnya usaha komersial seperti penginapan, rumah makan, dan toko ritel, yang turut mendorong pertumbuhan harga tanah di sekitarnya.
Secara umum, harga pasar tanah dan rumah di Kulon Progo pada 2025 menunjukkan tren meningkat moderat. Berdasarkan data pasar lokal dan rekapitulasi penawaran daring, harga tanah di zona permukiman Wates dan Temon berada pada kisaran Rp800.000 hingga Rp1.500.000 per meter persegi, dengan kecenderungan naik 10-15% per tahun (Dinas PUPR Kulon Progo, 2025). Di wilayah perdesaan, harga masih berkisar antara Rp200.000-Rp500.000 per meter persegi, tergantung akses jalan dan legalitas. Untuk pasar rumah tapak, segmen menengah bawah masih mendominasi, dengan harga Rp250-450 juta per unit, terutama diminati oleh pekerja bandara, ASN baru, dan masyarakat pendatang dari Sleman maupun Bantul.
Pasar sekunder atau rumah bekas relatif aktif di pusat kecamatan seperti Wates, Sentolo, dan Pengasih, namun di wilayah utara dan barat aktivitas transaksi cenderung stagnan. Kondisi ini mencerminkan dualisasi pasar properti antara kawasan yang terdorong pengembangan infrastruktur dan kawasan yang masih berorientasi agraris. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi positif dan perluasan jaringan transportasi, pasar properti Kulon Progo diperkirakan akan terus bergerak stabil menuju arah pertumbuhan jangka menengah, terutama di sektor residensial dan lahan komersial pendukung bandara.
(anx | 2025 dari berbagai sumber)
Dari sisi supply dan demand, ketersediaan properti di Kulon Progo masih relatif seimbang, namun menunjukkan peningkatan permintaan pada segmen residensial dan komersial skala kecil. Berdasarkan data Dinas PUPR Kulon Progo (2025), jumlah izin mendirikan bangunan (IMB) dan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) meningkat sekitar 8% dibanding tahun sebelumnya, terutama di kecamatan Wates, Sentolo, dan Pengasih. Sementara itu, pasokan tanah matang untuk dikembangkan menjadi kawasan permukiman masih terbatas karena sebagian besar lahan berada dalam fungsi pertanian dan kawasan resapan air. Hal ini menimbulkan tekanan kenaikan harga pada lahan-lahan strategis yang sudah memiliki akses jalan dan jaringan utilitas.
Dari aspek tingkat hunian dan penggunaan lahan, BPS Kulon Progo (2025) mencatat bahwa sekitar 85% rumah tangga telah memiliki hunian tetap, menunjukkan tingkat hunian yang cukup tinggi. Namun, pola penggunaan lahan masih didominasi oleh pertanian, dengan lahan terbangun hanya sekitar 16% dari total wilayah. Konsentrasi permukiman padat berada di Kecamatan Wates dan Pengasih, sedangkan wilayah utara seperti Kokap, Kalibawang, dan Samigaluh masih berkarakter pedesaan dengan dominasi kebun dan tegalan. Peningkatan pembangunan di wilayah selatan dan barat memperlihatkan pergeseran fungsi lahan dari pertanian ke perumahan, terutama di koridor jalan nasional yang menghubungkan Wates-Temon dan Wates-Sentolo.
Dari sisi pengembangan kawasan, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terus mendorong pembangunan kawasan strategis seperti Kawasan Industri Sentolo, Kawasan Perkotaan Wates, dan penguatan kawasan penyangga bandara YIA. Berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah 2025-2026 (Bappeda Kulon Progo), program prioritas difokuskan pada infrastruktur dasar dan penataan kawasan permukiman berorientasi transportasi (Transit Oriented Development). Pengembangan kawasan baru di sekitar bandara juga memicu munculnya usaha komersial seperti penginapan, rumah makan, dan toko ritel, yang turut mendorong pertumbuhan harga tanah di sekitarnya.
Secara umum, harga pasar tanah dan rumah di Kulon Progo pada 2025 menunjukkan tren meningkat moderat. Berdasarkan data pasar lokal dan rekapitulasi penawaran daring, harga tanah di zona permukiman Wates dan Temon berada pada kisaran Rp800.000 hingga Rp1.500.000 per meter persegi, dengan kecenderungan naik 10-15% per tahun (Dinas PUPR Kulon Progo, 2025). Di wilayah perdesaan, harga masih berkisar antara Rp200.000-Rp500.000 per meter persegi, tergantung akses jalan dan legalitas. Untuk pasar rumah tapak, segmen menengah bawah masih mendominasi, dengan harga Rp250-450 juta per unit, terutama diminati oleh pekerja bandara, ASN baru, dan masyarakat pendatang dari Sleman maupun Bantul.
Pasar sekunder atau rumah bekas relatif aktif di pusat kecamatan seperti Wates, Sentolo, dan Pengasih, namun di wilayah utara dan barat aktivitas transaksi cenderung stagnan. Kondisi ini mencerminkan dualisasi pasar properti antara kawasan yang terdorong pengembangan infrastruktur dan kawasan yang masih berorientasi agraris. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi positif dan perluasan jaringan transportasi, pasar properti Kulon Progo diperkirakan akan terus bergerak stabil menuju arah pertumbuhan jangka menengah, terutama di sektor residensial dan lahan komersial pendukung bandara.
(anx | 2025 dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar